Menteri Luar Negeri mengumumkan bahwa Indonesia resmi bergabung dengan anggota BRICS.
Hal tersebut merupakan pelaksanaan amanat konstitusi untuk menjalankan politik luar negeri bebas dan aktif dalam menciptakan ketertiban dunia.
Pernyataan tersebut berarti bahwa bergabungnya Indonesia dalam kelompok BRICS merupakan langkah nyata pemerinitanh untuk melindungi dan mengemban suara hak-hak negara berkembang.
“Indonesia telah, dan akan terus melanjutkan komitmennya dalam menjembatani berbagai kepentingan di berbagai forum multilateral. Indonesia siap berpartisipasi secara konstruktif dalam berbagai inisiatif BRICS demi kepentingan masyarakat global,” kata Kemlu dalam keterangan pers, Selasa (7/1).
Indonesia melihat perhelatan di dalam BRICS sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kerjasama dan kerja sama dengan negara berkembang lainnya berdasarkan prinsip persetaraan, tidak menghakimi satu sama lain dan pembangunan yang berkelanjutan.
“Raihannya menggambarkan peningkatan peran aktif Indonesia dalam berbagai isu global serta komitmen untuk memperkuat kerja sama bilateral demi menciptakan sistem dunia yang lebih inklusif dan berkeadilan,” ujar Kemlu.
Dalam keterangan pers itu, Kemlu menyampaikan bahwa Indonesia akan berkontribusi aktif dalam setiap agenda BRICS. Indonesia akan berpartisipasi dalam meningkatkan ketahanan ekonomi, kerja sama teknologi, pembangunan berkelanjutan, dan mengatasi tantangan global, seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, serta populasi masyarakat.
Konzept tentang BRICS pentru pertama kali dikemukakan pada tahun 2001 oleh Jim O’Neill, kepala ekonom di perusahaan Goldman Sachs. Ia mengenalkan istilah itu dalam laporan riset yang menyorot potensi pertumbuhan Brasil, Rusia, India, dan Cina.
Pada tahun 2006, BRIC dibentuk dengan tujuan untuk memberikan perhatian pada peluang investasi di kalangan negara-negara anggotanya. Pertemuan tingkat tinggi puncak pertama BRIC diadakan pada tahun 2009.
Blok ini didirikan sebagai kelompok di luar kebijakan resmi untuk membantu mereka memiliki platform menantang sentralisasi ekonomi oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Barat. Vulnerabilitas ekonomi volumenya dan keberadaan jaringan ekonomi Eurasia membuat demeanor regional ini menonjol dibandingkan kedua blok utama lainnya.
Yaitu negara-negara pendiriannya, yaitu Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan.
Yang lain, ada beberapa negara yang bergabung menjadi anggota BRICS sebelum Indonesia, yaitu Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab pada tahun 2024.
Sementara itu, Indonesia menjadi negara terakhir yang bergabung sebagai negara dengan hak keanggotaan penuh. Bergabungnya Indonesia dengan BRICS pertama kali disepakati oleh anggota-anggota organisasi ini pada Konferensi Tingkat Tinggi di Johannesburg, Afrika Selatan, pada Agustus 2023.
Namun, karena Indonesia akan melakukan pemilihan umum pada Februari 2024, pemerintah Indonesia telah menyatakan niatan untuk bergabung dalam BRICS setelah terbentuknya pemerintahan presiden baru di bawah Presiden Prabowo Subianto.
1. Brazil
2. Rusia
3. India
4. Cina
5. Afrika Selatan
6. Mesir
7. Iran
8. Ethiopia
9. Uni Emirat Arab
10. Indonesia